Awal Mula Cinta pada Gitar: Sebuah Kisah dari Deiyai

Saturday, 21 June 2025 - 10:22 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“Gitar Kapok warna hitam oranye, pemberian kakak yang menjadi teman bermain melodi sejak 2009.”

“Gitar Kapok warna hitam oranye, pemberian kakak yang menjadi teman bermain melodi sejak 2009.”

Kisah Inspiratif Simion Kotouki Belajar guitar dari nol Hingga Profesional. 

Awal Mula Gitar Pertama

YAMAHA adalah merek gitar pertamaku. Gitar ini buatan China, seperti tertulis kecil di bagian bawah bodinya. Benda ini bukan sekadar alat musik, tetapi sebuah kenangan yang menyimpan makna mendalam. Gitar itu dibelikan ayahku dari atas kapal KM Labobar, sekembalinya dari Holandia—sekarang Jayapura—pada tahun 2007. Saat itu, kakak sulungku, berinisial Y.K., baru saja diwisuda, sementara aku masih duduk di kelas 6 SD YPPGI Wakeitei, kini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Deiyai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sebelum keberangkatannya, aku sempat berpesan, “Bapak, belikan saya gitar.” Ayah hanya tersenyum dan berkata, “Baik, Bapak akan belikan.” Jawaban itu membuat hatiku berdebar penuh harap. Sepeninggal ayah, tiap hari aku menunggu-nunggu kepulangannya sambil membayangkan gitar yang dijanjikan.

Beberapa minggu kemudian, ayah pulang. Saat menyerahkan gitar YAMAHA itu, ia berkata, “Gumulanmu sudah terjawab. Belajarlah sungguh-sungguh dan rawat baik-baik.” Aku hanya terdiam, menahan haru. Janji ayah telah terpenuhi. Gitar itu menjadi sahabat baruku.

Gitar Kapok dari Sang Kakak

Beberapa bulan setelah itu, kakakku pulang ke Waghete, tempat ayah bertugas sebagai pendeta di Jemaat Antiokhia, Klasis Tigi. Saat kakak datang, aku sedang bermain di luar rumah. Menjelang senja, aku kembali, dan adikku Y.K. langsung menyambutku, “Tadi Kakak datang, dan dia bawa gitar Kapok!”

Nama “Kapok” sempat asing di telingaku, tapi tak lama kemudian aku sadar bahwa itu adalah merek gitar yang mulai populer di kalangan anak muda Mee. Kapok dikenal karena suaranya yang jernih dan daya tahannya. Ketika masuk rumah, aku melihat gitar Kapok berwarna hitam oranye yang dibawa kakak. Meski bukan gitar baru—karena pernah ia gunakan saat kuliah di Jayapura—aku tetap bahagia. Kini aku memiliki dua gitar: YAMAHA dari ayah dan Kapok dari kakak.

Mulai Bermain Melodi

Sejak saat itu, semangatku belajar gitar semakin tinggi. Setiap pagi, saat Mama memasak petatas di tungku api, aku duduk di sebelahnya sambil memainkan gitar. Fokusku adalah mempelajari melodi, bukan sekadar iringan. Mama sering menegur, “Main gitar itu harus sambil menyanyi,” tetapi aku tetap tekun belajar nada dan petikan.

Pada tahun 2009, menjelang Hari Ulang Tahun Gereja Kemah Injil (KINGMI) Papua yang diperingati setiap 6 April, diadakan berbagai lomba antar jemaat. Salah satunya adalah lomba vokal grup anak-anak. Saat itu aku baru masuk SMP, dan ayah sedang melayani di Gereja Antiokhia Wakeitei.

Lagu wajib lomba saat itu adalah “Tuntutan Aku Tuhan Allah” dari buku Nyanyian Kemenangan Iman (NKI). Kami mulai berlatih tanpa alat musik, hanya fokus pada notasi dan vokal. Setelah mulai menguasai lagu, pelatih kami meminta menambahkan iringan musik. Aku pun diberi kepercayaan memainkan melodi gitar.

Awalnya, aku masih kaku dan gugup. Tapi pelatih menyemangati, “Belajar saja pelan-pelan, ini baru awal.” Aku berlatih setiap hari di rumah. Hingga hari perlombaan tiba, aku bisa memainkan melodi dengan lancar. Grup kami meraih juara pertama. Itu adalah momen penting: pertama kalinya aku tampil sebagai pemain melodi, dan berhasil.

Menjadi Pengiring Ibadah Sekolah Minggu

Sejak kemenangan itu, setiap kali ada pujian anak sekolah Minggu, aku sering diminta mengiringi dengan gitar. Kakak-kakak yang lebih senior memberi ruang bagiku untuk tampil. Setelah mereka melanjutkan studi, aku pun menjadi pengiring tetap. Dari situlah perjalananku bermain melodi semakin berkembang.

Meskipun sudah bertahun-tahun berlalu, gitar YAMAHA dan Kapok itu masih kusimpan. Keduanya bukan sekadar alat musik, tapi saksi bisu perjalanan awal seorang anak Papua meniti jalan bermusik, dari tungku dapur sederhana hingga panggung kecil sekolah Minggu.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Pemerintah Kampung Kokobaya Salurkan Dana Desa 2025, Fokus Pembangunan dan Kesejahteraan
BBM Akhirnya Bongkar di Deiyai Setelah 3 Hari Perjalanan Tertahan Longsor
KNPI Deiyai Minta Pemkab Tekan Harga Sembako Pasca Longsor Jalan Trans Nabire – Puncak
Mengurai Krisis Listrik di Papua Tengah: Pemerintah Mulai Distribusi BBM Lewat Udara
Atasi Krisis Listrik, Bupati Paniai Kawal Langsung Pengiriman BBM dari Timika
Respons Cepat, Pemerintah Papua Tengah Distribusikan BBM Lewat Pesawat
Bupati dan Wakil Bupati Deiyai Resmi Buka Rekening “Tabungan Ku” Bank Papua
Tingkatkan Disiplin ASN, Bupati Deiyai Instruksikan Seluruh Pegawai Buka Rekening “Tabungan Ku” di Bank Papua

Berita Terkait

Monday, 25 August 2025 - 09:30 WIT

Pemerintah Kampung Kokobaya Salurkan Dana Desa 2025, Fokus Pembangunan dan Kesejahteraan

Sunday, 24 August 2025 - 06:23 WIT

BBM Akhirnya Bongkar di Deiyai Setelah 3 Hari Perjalanan Tertahan Longsor

Saturday, 23 August 2025 - 17:45 WIT

KNPI Deiyai Minta Pemkab Tekan Harga Sembako Pasca Longsor Jalan Trans Nabire – Puncak

Saturday, 23 August 2025 - 12:55 WIT

Mengurai Krisis Listrik di Papua Tengah: Pemerintah Mulai Distribusi BBM Lewat Udara

Saturday, 23 August 2025 - 12:21 WIT

Atasi Krisis Listrik, Bupati Paniai Kawal Langsung Pengiriman BBM dari Timika

Berita Terbaru