Deiyai [SINAR BEMO] — Senior Edowai adalah sosok anak muda yang sejak kecil telah menunjukkan bakat luar biasa dalam dunia musik. Ia memulai perjalanannya sekitar tahun 1999, ketika masih berusia 8 tahun. Saat itu, Senior memiliki sebuah gitar akustik merek Kapok—satu-satunya gitar yang menjadi saksi awal langkah musiknya.
Saya sendiri, Simion Kotouki, adalah teman masa kecilnya dan menjadi saksi bagaimana semangat Senior tumbuh sejak dini. Hampir setiap hari kami berkunjung ke rumahnya, sekadar untuk menyaksikan dan menikmati petikan gitar yang ia mainkan. Meskipun hanya menguasai beberapa kunci dasar seperti D, G, dan A, permainan Senior selalu terdengar hidup dan penuh semangat.
Kecintaannya terhadap musik tidak berhenti di rumah. Setiap ibadah sekolah minggu, Senior selalu membawa gitar dan bermain bersama kakak-kakak senior di gereja. Ia rajin mengikuti latihan musik, khususnya ketika persiapan lagu-lagu persembahan pujian. Dari sanalah kepekaannya terhadap musik semakin terasah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Seiring bertambahnya usia, kemampuan musiknya berkembang pesat. Ia mulai menguasai berbagai gaya bermain melodi gitar, mulai dari Waltz, Pop, Slow, hingga musik khas Melanesia yang banyak digemari di Papua New Guinea (PNG). Karakter permainan gitarnya semakin matang, bahkan ia sering mendapat giliran memainkan melodi dalam ibadah sekolah minggu.
Hal yang luar biasa adalah bagaimana ia belajar tanpa teori dasar musik yang lengkap. Berbeda dengan generasi sekarang yang mudah mendapatkan akses pembelajaran musik melalui teknologi, Senior berkembang di tengah keterbatasan. Di Deiyai pada masa itu, teknologi belum banyak menjangkau masyarakat. Namun, berkat ketekunan, konsentrasi, dan kemampuan mengamati, Senior mampu “mencuri” pengetahuan dari para pemain senior. Ia berlatih hanya dengan mengandalkan pendengaran dan naluri musikalnya, bahkan tanpa mengenal nama-nama chord secara teori.
Perjalanan hidupnya tidak selalu mulus. Setelah berkeluarga dan memiliki anak, Senior sempat mengalami gangguan jiwa yang membuatnya harus berpisah dengan istrinya. Meski demikian, hal ini tidak mematikan semangat dan bakat musiknya. Justru yang patut dikagumi, setelah kondisi mentalnya membaik, kelincahannya bermain gitar tetap terjaga.
Seperti yang diketahui oleh banyak musisi, menjaga kelenturan jari dalam bermain gitar bukanlah hal mudah. Dibutuhkan latihan rutin, seperti senam jari, agar tidak kaku. Namun, uniknya, meski Senior sempat berhenti cukup lama, kecepatan dan keluwesan jarinya tetap terjaga seolah ia tidak pernah kehilangan sentuhannya.
Kini, memasuki tahun 2025, kemampuan dan kelincahan musik Senior Edowai masih terawat rapi. Ia tetap mampu memainkan melodi dengan penuh perasaan, menghibur, dan memberi inspirasi bagi siapa saja yang mendengar. Perjalanan hidupnya menjadi bukti bahwa musik bukan hanya sekadar hobi, melainkan sebuah anugerah yang melekat erat dalam dirinya.
Senior Edowai adalah contoh nyata bahwa bakat, ketekunan, dan semangat mampu mengalahkan keterbatasan, bahkan mampu bertahan meski badai kehidupan sempat datang menghampiri.