Deiyai [SINAR BEMO] — 13 Agustus 2025, Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Aweidabi, Kabupaten Deiyai, menggelar Pameran Seni dan Budaya yang menampilkan hasil karya para siswa dan siswi, Rabu (13/8). Kegiatan ini menjadi ajang unjuk kreativitas dan keterampilan anak-anak didik yang berhasil mengubah barang-barang bekas menjadi produk bernilai guna dan estetika.
Acara pembukaannya berlangsung meriah dengan menghadirkan Wakil Bupati Deiyai Ayub Pigome, para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), dewan guru, siswa-siswi, serta masyarakat sekitar.
Slogan Unik: “Antara Mati dan Hidup”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pameran kali ini mengusung slogan “Antara Mati dan Hidup”, terinspirasi dari lokasi sekolah yang berada di antara Gereja Katolik dan area pemakaman. Gereja melambangkan kehidupan, sementara kuburan melambangkan kematian—menggambarkan filosofi bahwa kreativitas adalah bagian dari kehidupan yang terus tumbuh di tengah keterbatasan.
Lima Ruang Pameran, Puluhan Karya Kreatif
Sebanyak lima ruang belajar disulap menjadi ruang pameran dengan berbagai kategori hasil karya siswa:
1. Kerajinan tangan : Pot hiasan dinding, pot bunga, dan kompor gas berbahan bakar bensin hasil inovasi siswa.
2. Kerajinan Noken : Rajutan dari kulit kayu dan benang, karya khas budaya Papua.
3. Stand Rohani & Karya Ilmiah : Buku rohani, atribut keagamaan, dan penelitian tentang budaya serta adat masyarakat Mee.
4. Kuliner : Bazar makanan tradisional Papua dan masakan nasional hasil makanan siswa-siswi.
5. Produk kreatif daur ulang : Barang-barang bekas yang diubah menjadi produk siap pakai.
Wakil Bupati dan para kepala OPD yang berkeliling setiap stan mengaku kagum dengan kreativitas siswa. Menurut mereka, karya yang dipamerkan sangat unik, langka, dan memiliki nilai estetika tinggi.
70% Bahan dari Sampah, 30% Dibeli
Ketua panitia pameran, Yanuarius Tarogong—guru Bahasa Inggris, lokakarya, dan kewirausahaan—menjelaskan bahwa sebagian besar bahan berasal dari barang bekas.
“Sekitar 70% bahan kami ambil dari sampah, sisanya 30% kami beli.Keunikan dari pameran ini adalah bagaimana siswa mampu mengubah barang yang tidak berguna menjadi bermanfaat,” jelasnya.
Persiapan dilakukan selama tiga minggu. Setiap kelompok siswa mendapatkan tanggung jawab mengelola satu stan, dengan pendampingan guru.
Berlanjut di Lapangan Thomas Adii Waghete
Pameran berlangsung selama tiga hari dan akan ditutup pada 18 Agustus 2025 di Lapangan Thomas Adii Waghete, berbarengan dengan kegiatan masyarakat.
Pendidikan Kreatif yang Mendidik Karakter
Kepala SMAK Aweidabi, Anton Badii, S.Ag., M.Pd., mengatakan bahwa kegiatan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan, tetapi juga membentuk karakter siswa.
“Anak-anak belajar memanfaatkan barang bekas menjadi produk siap pakai. Mereka juga dilatih untuk mencintai alam dan menjaga lingkungan,” tegasnya.
Ia berharap kreativitas ini menjadi bekal bagi siswa untuk masa depan, sekaligus membangun kesadaran bahwa dari keterbatasan bisa lahir karya yang bermakna.