Deiyai [SINAR BEMO] — Suasana Bandar Udara lama Kota Nabire, Provinsi Papua Tengah, hari ini, Kamis, 20 November 2025, menyelimuti aroma harum asap kayu dan rempah-rempah yang khas, menandai puncak perayaan Hari Otonomi Khusus (Otsus) Papua ke-24. Di tengah kemeriahan itu, delapan kabupaten berlaga dalam Lomba Barapen, sebuah kompetisi budaya yang kental akan semangat persatuan dan gotong royong.
Lomba Barapen, atau Bakar Batu, bukan sekedar memasak ajang. Tradisi leluhur masyarakat Pegunungan Tengah Papua ini adalah ritual komunal yang melambangkan rasa syukur, penyelesaian konflik, dan kebersamaan. Menggunakan panas dari batu yang dipanaskan di atas kayu bakar, Barapen berfungsi sebagai dapur alamiah untuk memasak ubi, sayuran, dan aneka daging dalam satu liang yang sama, ditutup dengan dedaunan.
Peringatan Otsus tahun ini secara sengaja menempatkan Barapen sebagai pusat perhatian, diikuti oleh kontingen terbaik dari Nabire, Paniai, Mimika, Dogiyai, Deiyai, Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Puncak. Sejak pagi buta, lapangan telah dipadati “dapur-dapur” Barapen yang mengeluarkan kepulan asap tebal, diiringi teriakan penyemangat dan lantunan lagu adat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Tim juri yang terdiri dari tokoh adat, budayawan, dan ahli kuliner, menerapkan kriteria penilaian yang ketat. Mereka tidak hanya menguji kematangan dan cita rasa hasil masakan—terutama ubi dan daging babi/ayam—tetapi juga kedalaman keaslian proses adat. Kekompakan waktu dalam pemindahan batu panas (sebuah proses berbahaya yang membutuhkan koordinasi tinggi), serta kebersihan penyajian akhir, menjadi faktor penentu. Barapen menuntut kerja tim yang sempurna, di mana setiap anggota memiliki peran vital, dari menyiapkan kayu bakar hingga mengungkap liang.
Setelah prosesi memasak yang memakan waktu berjam-jam dan penilaian yang cermat, tegang, dan berputar, kontingen Kabupaten Deiyai secara resmi dinobatkan sebagai Juara I Lomba Barapen Se-Provinsi Papua Tengah.
Keberhasilan Deiyai, yang disambut sorak sorai pendukung, dinilai berkat kesempurnaan teknik pemanasan batu. Tim juri menyoroti kemampuan mereka menciptakan panas yang merata di seluruh liang, memastikan ubi, sayuran, dan daging matang sempurna tanpa ada bagian yang gosong atau mentah. Selain itu, cita rasa rempah alami khas Pegunungan Tengah yang mereka gunakan, dipadukan dengan kekompakan tim yang tak tertandingi, memberikan keunggulan skor yang signifikan.
”Kami sangat bangga dan senang sekali bisa mendapatkan Juara I ini. Ini bukan hanya kemenangan tim, tapi membawa nama baik seluruh masyarakat Kabupaten Deiyai,” tutur Yuliber Bukega, salah satu dari lima peserta tim pemenang, dengan mata berbinar.
Perayaan Hari Otsus Papua ke-24 ditutup dengan pesan yang mendalam: Otonomi Khusus harus berjalan seiring dengan pelestarian dan penguatan identitas budaya. Kemenangan Deiyai diharapkan dapat mempromosikan Barapen sebagai Daya Tarik Budaya Unggulan Papua Tengah di kancah nasional maupun internasional.
Seluruh rangkaian acara diakhiri dengan jamuan Barapen massal yang dinikmati oleh ribuan peserta, juri, dan masyarakat yang hadir. Momen berbagi makanan dari liang yang sama ini menjadi simbol penutup yang sarat makna, menegaskan kembali semangat persatuan dan harapan berkelanjutan bagi Tanah Papua.






