Deiyai, Papua Tengah [SINAR BEMO] — Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA) Papua melalui bidang Ekonomi Owadaa mengadakan pelatihan pembuatan kue bertajuk “Hasil Kebun Menjadi Produk Siap Jual”. Kegiatan ini berlangsung pada Sabtu, 31 Mei 2025, di Gedung SD Inpres Watiyai, Kampung Watiyai, Distrik Tigi Timur, Kabupaten Deiyai.
Sebanyak sepuluh orang ibu rumah tangga dari kampung tersebut menjadi peserta pelatihan. Program ini merupakan salah satu bentuk komitmen YAPKEMA dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat lokal, khususnya perempuan, melalui pengolahan bahan pangan hasil kebun menjadi produk bernilai ekonomi yang dapat dijual.
Dalam pelatihan ini, YAPKEMA menghadirkan narasumber berpengalaman di bidang kuliner, Ruth M. S. Wapai, yang telah lama berkecimpung dalam pelatihan pembuatan aneka kue rumahan. Ruth mengajarkan dua resep kue berbahan dasar lokal, yakni bolu pisang dan bola-bola ubi. Bolu pisang dibuat dari pisang lokal yang banyak tumbuh di kampung tersebut, sementara bola-bola ubi memanfaatkan ubi kuning dan ubi putih yang juga merupakan hasil kebun masyarakat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Materi pelatihan disampaikan secara sistematis dan menggunakan metode yang mudah dipahami. Selama kegiatan berlangsung, staf YAPKEMA turut mendampingi peserta dan menerjemahkan instruksi pelatihan ke dalam bahasa Mee agar seluruh peserta memahami proses secara menyeluruh. Peserta pun langsung mempraktikkan teknik pembuatan kue dengan semangat dan antusias.
Program Manager Ekonomi Owadaa, Wegobi Marsel Pigai, dalam sambutannya menyampaikan bahwa pelatihan ini tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan keterampilan teknis, tetapi juga untuk membangun kepercayaan diri masyarakat terhadap potensi lokal yang mereka miliki.
“Selama ini kita sering merasa tidak mampu karena belum diberi kesempatan untuk belajar. Setelah pelatihan ini, mama-mama sudah tahu cara membuat kue dari hasil kebun sendiri. Ini harus terus dikembangkan dan dijaga,” ujar Pigai.
Pigai juga menekankan pentingnya ketahanan pangan berbasis lokal. Ia menyatakan bahwa selama masyarakat hanya bergantung pada produk-produk dari luar daerah, maka mereka akan semakin rentan secara ekonomi.
“Pisang, ubi, petatas—semuanya ada di kebun kita. Jika kita bisa mengolahnya menjadi produk siap jual seperti bolu pisang dan bola-bola ubi, maka kita membuka peluang besar untuk meningkatkan pendapatan keluarga,” tegasnya.
Lebih lanjut, Pigai menyampaikan bahwa YAPKEMA berkomitmen untuk mendorong keberlanjutan dari pelatihan ini. Ia berharap para peserta dapat menjadikan keterampilan yang diperoleh sebagai bekal membangun usaha kecil yang mandiri dan berkelanjutan.
“Kami berharap mama-mama tidak berhenti sampai di sini. Ini adalah langkah awal. Kalau mereka serius mengembangkan usaha, kami siap melanjutkan program dengan pelatihan lanjutan,” tambahnya.
Pelatihan ini juga menjadi contoh nyata pendekatan pemberdayaan dari akar rumput (grassroots) yang mampu menghasilkan dampak langsung di masyarakat. Dengan menyasar kelompok ibu rumah tangga, YAPKEMA menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dapat dimulai dari skala kecil—dari dapur rumah dan kebun keluarga, serta dari tangan-tangan perempuan Papua yang penuh semangat dan potensi.