Deiyai SINAR BEMO — Peringatan Hari Anak Kingmi yang ke-10 di Kabupaten Deiyai bergema dalam aksi damai yang sarat makna. Ratusan anak dan remaja yang tergabung dalam Persekutuan Anak Remaja (PAR) Koordinator Deiyai turun ke jalan menggelar Longmarch Pawai Damai mengelilingi Kota Waghete pada Jumat, 17 Oktober 2025. Aksi ini bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah seruan darurat yang menyentuh hati berbagai elemen masyarakat dan pemerintah untuk menyelamatkan generasi muda Papua dari ancaman serius minuman keras (miras) dan lem Aibon.
Seruan Hati Anak-Anak di Jantung Kota Waghete
Pawai yang diikuti dengan semangat tinggi ini menempuh rute yang cukup panjang dan strategis di jantung Kabupaten Deiyai. Dimulai dari Gereja Antiokhia, rombongan bergerak melintasi Pasar Waghete, Waghete Dua, Komplek Rumah Sakit, naik ke Perkantoran Keliling Kantor Bupati, dan kembali melalui Yamo, SMP Negeri 1 Deiyai, Polsek Tigi, sebelum berakhir kembali di Pasar Waghete dan Gereja Antiokhia. Sepanjang perjalanan, anak-anak dengan lantang menyuarakan berbagai isi hati dan tuntutan mereka melalui yel-yel dan Tulisan cita-cita di Kertas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Inti dari seruan mereka adalah kepedulian mendalam terhadap kondisi generasi muda yang kian terperosok dalam pengaruh lingkungan negatif dan penyakit sosial yang meningkat tajam. Miras dan penyalahgunaan lem Aibon diidentifikasi sebagai pemicu utama kehancuran yang dampaknya kini terasa di kalangan anak-anak dan remaja Deiyai.
Miras: ‘Senjata Biologi’ yang Membunuh Masa Depan Papua
Salah satu seruan yang paling mendesak dan harus diseriusi oleh berbagai elemen adalah peningkatan peredaran minuman keras (Miras). Dalam pandangan para pengasuh PAR, peredaran Miras, ditambah dengan maraknya penyalahgunaan Lem Aibon, telah menjadi senjata biologi yang secara perlahan membunuh generasi Papua. Pengaruh zat-zat adiktif ini dinilai sangat kuat dalam merusak fisik, mental, dan masa depan anak-anak, mengancam kelangsungan regenerasi kepemimpinan dan pembangunan di Deiyai.
Yan Pit Kotouki, S.I.Kom, Pengasuh dan Ketua PAR Sekolah Minggu Klasis Tigi, menegaskan pentingnya aksi nyata.
”Minuman keras adalah pemicu utama kehancuran anak-anak. Kami melihat Miras telah menjadi senjata biologi yang sedang membunuh generasi Papua. Oleh karena itu, kami meminta dengan sangat kepada Pemerintah, TNI, dan POLRI untuk segera memberantas tuntas peredaran Miras di seluruh wilayah Deiyai,” ujar Kotouki dengan nada penuh harap.
Menjaga Calon Pemimpin Masa Depan
Kotouki menambahkan bahwa seruan ini didasari oleh keyakinan bahwa anak-anak generasi saat ini memegang masa depan cerah di Deiyai dan Papua. Mereka adalah cikal bakal pemimpin dan tokoh penting yang akan meneruskan pembangunan.
”Anak-anak ini punya masa depan. Mereka akan menjadi Bupati, Ketua Sinode KINGMI, Koordinator Klasis, Kepala Dinas, Pilot, Dokter, Guru, Dosen, bahkan Petani dan Peternak sukses,” jelasnya, menyoroti potensi besar yang kini terancam punah.
Oleh karena itu, permintaan utama dari Persekutuan Anak Remaja Kingmi adalah penutupan total semua saluran pendistribusian dan peredaran Miras di Deiyai. Tindakan tegas ini dianggap sebagai langkah krusial untuk melindungi generasi Gereja dan penerus masa depan Deiyai dan Tanah Papua dari kehancuran moral dan fisik. Pawai Damai ini menjadi monumen peringatan bahwa keselamatan generasi adalah tanggung jawab bersama.






