Deiyai, [SINAR BEMO] — Kasus penemuan benda asing berupa potongan karet dan kaca dalam minuman Pop Ice menggemparkan warga Pasar Waghete, Kabupaten Deiyai. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran serius terkait keamanan pangan dan mendorong masyarakat meminta perhatian dari produsen dan pemerintah daerah.
Peristiwa ini dialami langsung oleh seorang warga, dr. Selvius Ukago, yang kemudian menyusun kronologi lengkap terkait temuan tersebut. Berikut kronologinya:
Pukul 08.00 WIT – Belanja Pagi di Pasar Waghete
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pada Rabu, 19 Juni 2025, sekitar pukul 08.00 WIT, dr. Selvius Ukago bersama anak-anaknya mengunjungi Pasar Waghete untuk berbelanja kebutuhan harian. Karena cuaca pagi itu cukup terik, ia memutuskan untuk membeli minuman dingin sebagai penyegar.
Pukul 10.00 WIT – Pembelian Pop Ice
Sekitar pukul 10.00 WIT, dr. Selvius membeli lima gelas minuman Pop Ice dari salah satu pedagang di area pasar. Minuman tersebut diracik langsung oleh penjual menggunakan serbuk Pop Ice, dicampur dengan es batu, dan diaduk sebelum disajikan dalam gelas plastik.
Beberapa Menit Kemudian – Benda Asing Terdeteksi
Setelah masuk ke dalam mobil, dr. Selvius dan anak-anak mulai menikmati minuman tersebut. Namun, ia merasakan keanehan saat mengunyah bagian dari minumannya. “Awalnya saya kira itu potongan es, tetapi teksturnya kenyal dan tidak mencair,” ungkapnya.
Setelah diperiksa, benda asing tersebut ternyata adalah potongan karet plastik berukuran sekitar 0,3 milimeter. Pemeriksaan lebih lanjut menemukan beberapa potongan lain dalam gelas yang ia pegang, dengan ukuran bervariasi antara 0,1 mm hingga 0,2 mm.
Pemeriksaan Terhadap Minuman Anak
Merasa curiga, dr. Selvius segera meminta anak-anak berhenti minum dan memeriksa gelas mereka. Hasilnya, empat dari lima gelas yang dibeli mengandung potongan karet serupa. Hanya satu gelas yang tampak bersih dari kontaminan.
Pukul 10.30 WIT – Klarifikasi ke Penjual
Ia segera kembali ke lapak penjual untuk melaporkan temuan tersebut. Awalnya, penjual menduga potongan itu berasal dari es batu. Namun setelah ditunjukkan bukti fisik, penjual mengakui bahwa itu bukan es dan tidak mengetahui dari mana asal potongan tersebut.
Pemeriksaan dilakukan terhadap tempat dan alat-alat penyajian di lokasi penjual, namun tidak ditemukan benda mencurigakan yang serupa dengan potongan karet tersebut.
Permintaan Sampel Produk Pop Ice Utuh
Untuk membuktikan dugaan, dr. Selvius meminta tiga bungkus Pop Ice yang masih tersegel dari penjual. Setelah dibuka dan diperiksa langsung di lokasi, ketiga bungkus tersebut juga mengandung potongan karet dalam jumlah bervariasi. Hal ini mengindikasikan bahwa kontaminasi terjadi sebelum produk digunakan oleh penjual.
Menariknya, tanggal kedaluwarsa pada kemasan tersebut menunjukkan bahwa produk masih layak konsumsi hingga dua tahun ke depan, sehingga tidak ada indikasi kerusakan akibat penyimpanan.
Dugaan Kontaminasi di Tingkat Pabrik
Berdasarkan temuan ini, dr. Selvius menyimpulkan bahwa kontaminasi kemungkinan besar terjadi dalam proses produksi atau pengemasan di pabrik. Penjual hanya menyeduh minuman berdasarkan prosedur biasa, tanpa menambahkan bahan lain selain es dan air.
Imbauan kepada Publik dan Pemerintah
Melalui kejadian ini, dr. Selvius menyampaikan beberapa imbauan:
1. Masyarakat diimbau untuk sementara menghentikan konsumsi Pop Ice dalam bentuk apa pun hingga ada hasil investigasi resmi.
2. Pedagang disarankan tidak menjual Pop Ice guna menghindari konflik atau keresahan pembeli.
3. Pemerintah dan dinas terkait, khususnya BPOM dan Dinas Kesehatan, diminta untuk turun tangan melakukan pengawasan, investigasi lapangan, dan pengambilan sampel acak terhadap produk Pop Ice yang beredar di pasar.
Penutup
Temuan ini menyoroti pentingnya pengawasan kualitas produk pangan yang beredar luas, terutama produk minuman yang digemari anak-anak dan dijual bebas di berbagai wilayah, termasuk pelosok Papua. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan resmi dari pihak produsen Pop Ice.