Goyang Aster bukan Kebudayaan Orang Asli Lani

Wednesday, 6 August 2025 - 17:37 WIT

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Angginak Sepi Wanimbo

SINAR BEMO — Penduduk moyang orang asli Lani yang hidup di pedalaman Pegunungan Papua Wilayah Lapago mereka tidak kenal namanya Goyang Aster tetapi saat ini anak muda – mudi Lani di setiap momentum di gereja, di sekolah, di pemerintah saat nyanyi selalu Goyang Aster ini di pengaruhi oleh kebudayaan orang luar Lani sehingga nilai kebudayaan, tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang orang asli Lani perlu diajar pada anak muda – mudi saat ini di setiap waktu dimana mereka tinggal di perkotaan maupun di perkampung.

Sangat sering kita dengar kata atau istilah budaya dan kebudayaan, terutama jika kita berada dalam suasana akademis. Tidak hanya sekedar dalam bentuk mendengar, terkadang kita juga menjadi pembicara pada satu, dua banyak kegiatan yang dihadiri oleh berbagai latar belakang pendengar. Tertentu dan pembicaraan dan istilah tentang budaya dan kebudayaan tersebut selalu menarik untuk dilakukan. Pada akhirnya, kegiatan – kegiatan yang demikian (mendiskusikan tentang budaya dan kebudayaan) akan menjadi bagian dari kebudayaan itu sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kebudayaan merupakan salah satu faktor yang dapat membedakan antara manusia dengan makhluk yang lain (terutama hewan). Hal itu disebabkan karena manusialah yang dapat menciptakan, memelihara, menganalisis, mengkritisi, meningkatkan, mengembangkan, dan mewariskan kebudayaan. Pendeknya, budaya dan kebudayaan tersebut identik dengan manusia. Hanya manusialah makhluk yang berbudaya. Hal itu dimungkinkan karena kebudayaan berada di dalam suatu korindor dari, oleh, dan untuk manusia.

Apakah yang dimaksud dengan budaya dan kebudayaan? Atau, dalam hal apa sajakah budaya dan kebudayaan tersebut dapat dibicarakan? Seperti dua pertanyaan tersebut cukup sederhana. Akan tetapi, pertanyaan sederhana itu membutuhkan suatu pemikiran untuk menjawabnya yang kritis. Apalagi bila pertanyaan tersebut diiringi dengan aneka pertanyaan menyelidik lainnya memberi batasan tentang budaya dan kebudayaan bukanlah pekerjaan yang muda. Apresiasi yang tidak sama, sudut pandang yang berbeda, pemahaman yang tidak seirama, dan pemafsiran yang berlainan akan melahirkan batasan yang berbeda tentang budaya dan kebudayaan tersebut.

Secara etimologi, istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah. Kata buddhayah merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan budi dan akal manusia, istilah budaya merupakan perkembangan selanjutnya dan buddha dhayah yang berarti daya dan budi.

Di dalam bahasa Inggris, kebudayaan tersebut dengan culture. Kata tersebut berasal dari bahasa Latin, yaitu Colere, yang dapat diartikan dengan mengolah atau mengerjakan. Kata tersebut juga bisa diartikan dengan mengolah tanah atau bertani. Di dalam bahasa Indonesia, kata culture diterjemahkan atau dipadankan dengan kata “kultur”.

Nilai – nilai kebudayaan yang dimiliki oleh moyang penduduk orang asli Lani adalah pemberian TUHAN wajib hukum dijaga, dilestarikan, dirawat, diberi pupuk dan diajar kepada generasi muda – mudi Lani dari honai, komunitas, gereja, di setiap sekolah wilayah pelayanan orang asli Lani supaya terus mempertahankan budaya sendiri.

Budaya adalah jati diri penduduk orang asli Lani, maka penulis melihat, mengikuti budaya yang diwariskan oleh moyang orang Lani sedang terkikis oleh kebudayaan asing yang masuk dari luar Papua sehingga penulis sebagai salah satu anak asli Lani ingin menghidupkan, merawat, mempertahankan dan menyampaikan pentingnya menjaga budaya sebagai ahli waris.

Moyang penduduk orang asli Lani hidup mandiri, otonom, berdaulat dan merdeka dalam merawat nilai sosial budaya isti adat yang dimilikinya sehingga moyang orang Lani selalu hidup berdamai, harmoni, sehat dan kompak dalam perlindungan menjaga nilai – nilai budaya.

Moyang penduduk orang asli Lani bagi pria pendidikan tentang kebudayaan selalu diajar oleh tua – tua di honai laki – laki misalnya cara berbaian yang sopan, cara berkebung, cara peran, cara bakar batu, cara buat honai, cara berdansa/bernyanyi, cara buat pagar, cara buat jembatan gantung, cara buat bela kayu bakar, cara menghargai istri, anak dan banyak lain demikian juga bagi wanita Lani diajarkan tentang nilai kebudayaan di honai perempuan seperti cara buat noken, cara masak bakar batu, cara pikul noken, cara berpakaian yang rapi, sopan, cara gali ubi, petik sayur, cara bersihkan ubi, sayur, cara bernyanyi, berdansa, cara menghargai suami, anak dan banyak lainnya penulis tidak sebut satu persatu dalam tulisan ini tetapi bagi bapak ibu pembaca yang mulia lebih lengkap silahkan baca buku berjudul “Kebudayaan Orang Lani” karya Angginak Sepi Wanimbo.

Hari ini penulis melihat dengan perkembangan teknologi membuat kebudayaan yang dimiliki oleh orang asli Lani sedang hilang salah satu contoh yaitu Goyang Aster dilangan anak generasi muda – mudi Lani di sekolah, di gereja, di kantor pemerintahan, di acara – acara besar maupun kecil bernyanyi lalu goyang bernama goyang aster ini. Penulis sadar dan mengerti bahwa goyang aster ini bukan milik orang asli Lani tetapi ini milik dan budaya orang lain yang dipakai ditiru dijadikan sebagai budaya orang Lani.

Generasi muda Lani kembali ke honai duduk bersama orang tua – tua disana minta diajar, diceritakan, disarankan kebudayaan yang benar dimiliki oleh moyang orang Lani untuk terus melestarikan jangan jadikan budaya orang Lain sebagai wariwan budaya nenek moyang orang asli Lani.

Menghidupan budaya sebagai warisan, aset dan investasi masa depan generasi muda – mudi Lani tentu semua elemen ambil berperan asktif yaitu Gereja, Pemerintah, Adat tiga tungku bersatu hati terus benahi, dorong di setiap sekolah, gereja, komunitas untuk menjaga, memelihara dan mempertahankan budaya sebagai warisan kekayaan yang berharga.

Hilangnya kebudayaan orang Lani, hilangnya masa depan generasi emas Lani, hilangnya kebudayaan orang Lani, hilangnya kekayaan masa depan generasi muda – mudi Lani, hilangkannya kebudayaan orang Lani, hilangnya harga diri, martabat masa depan generasi muda – mudi Lani, hilangnya kebudayaan orang Lani, hilangnya ras, suku, golongan dan marga untuk masa depan generasi muda – mudi Lani, hilangnya kebudayaan orang Lani, hilangnya suatu bangsa Lani.

Generasi muda – mudi Lani bangkit cintalah budaya, hargailah budaya, merawatlah budaya, memelihara budaya, memupuk budaya, mempertahankan budaya , meneruskan budaya, melestarikan budaya, sebagai investasi masa depan orang asli Lani.

Bagi penduduk orang asli Lani jangan kita gila dengan budaya orang lain karena mereka adalah orang lain Anda dan saya adalah orang asli Lani, berbahasa Lani, warga Lani asli oleh karena itu bangga dengan budaya yang TUHAN kasih buat orang Lani.

Ketika budaya dan bahasa hilang maka hancurlah masa depan gereja dan bangsa karena itu hargai warisan budaya dan bahasa Lani.

Berkata – kata hebat dan tinggi tanpa tulisan akan mati sia – sia tetapi berkata – kata dengan tulisan tentang budaya, sejarah sendiri akan hidup selamanya, dan akan mewarisi anak cucu generasi muda Lani Papua. (Jayapura, 26 September 2023, Pdt. Dorman Wandikbo, S.Th Presiden GIDI).

“Menulis itu mendidik, mencerdaskan, menolong, membangtu, menjangkau bagi yang belum ditolong untuk dapat ditolong”.

Selamat membaca bagi sahabat – sahabatku sekalian TUHAN Yesus Kristus memberkati kita semua.

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Dekranasda Deiyai Promosikan Kerajinan Khas Papua di HUT ke-45 Dekranas
Dekranasda Deiyai Siap Promosikan Kerajinan Kulit Kayu Meepago
Mahasiswa Lanny Jaya Yogyakarta Gelar Tarian Galang Dana
Strategi Latihan Efektif untuk Tingkatkan Kualitas Band Musik
Ketua TP PKK Deiyai: Raih Prestasi di Ajang Tifa Festival 2025, Deiyai juga Bisa
Mantan Komisioner KPU Deiyai Rakit Gitar Kayu Berkualitas Pabrikan
Deiyai Raih Juara Umum di Festival TIFA 2025 Timika
Dinas Sosial Libatkan Seniman Deiyai di Acara Sosialisasi Program Data Dasar Kampung, Ini harapan Seniman

Berita Terkait

Wednesday, 6 August 2025 - 17:37 WIT

Goyang Aster bukan Kebudayaan Orang Asli Lani

Thursday, 10 July 2025 - 11:34 WIT

Dekranasda Deiyai Promosikan Kerajinan Khas Papua di HUT ke-45 Dekranas

Tuesday, 8 July 2025 - 09:23 WIT

Dekranasda Deiyai Siap Promosikan Kerajinan Kulit Kayu Meepago

Saturday, 21 June 2025 - 14:11 WIT

Mahasiswa Lanny Jaya Yogyakarta Gelar Tarian Galang Dana

Friday, 20 June 2025 - 20:17 WIT

Strategi Latihan Efektif untuk Tingkatkan Kualitas Band Musik

Berita Terbaru

Bupati Deiyai, Melkianus Mote, ST, bersama Wakil Bupati Ayub Pigome dan sejumlah kepala OPD saat meninjau lokasi peluapan air di Kampung Deemaago, Kamis (22/8/2025).

Lingkungan

Bupati Deiyai Tinjau Lokasi Peluapan Air di Kampung Deemaago

Friday, 22 Aug 2025 - 18:03 WIT