Deiyai [SINAR BEMO] — Ratusan anak, remaja, orang tua, dan pengasuh dari Persekutuan Anak Remaja (PAR) Koordinator Deiyai Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua memadati jalanan Kota Waghete, Kabupaten Deiyai, pada Jumat (17/10/2025). Aksi ini merupakan Longmarch Pawai Damai yang digelar dalam rangka memperingati Hari Anak Kingmi ke-10.
Pawai yang penuh semangat dan pesan ini bertujuan untuk menyampaikan aspirasi dan curahan hati anak-anak kepada orang tua, guru, dan pemerintah daerah mengenai masa depan generasi penerus di Papua.
Rute Penuh Harapan di Jantung Kota
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Pawai Damai ini mengambil rute panjang yang melingkari pusat Kota Waghete, menjadikannya tontonan sekaligus seruan bagi masyarakat setempat. Dimulai dari Gereja Antiokhia, rombongan bergerak melintasi pasar Waghete, Waghete Dua, Komplek Rumah Sakit, naik menuju perkantoran di sekeliling Kantor Bupati, kembali lewat Yamo, melewati SMP Negeri 1 Deiyai, Polsek Tigi, kembali ke pasar Waghete, dan berakhir kembali di Gereja Antiokhia.
Sepanjang perjalanan, pawai diwarnai dengan pemandangan anak-anak yang membawa tulisan tangan berisi cita-cita mereka. Papan-papan kecil itu menjadi simbol harapan, mulai dari menjadi Bupati, Guru, DPRD, Dokter, hingga Pilot, menegaskan bahwa masa depan Papua ada di tangan mereka.
Tiga Pilar Utama Seruan Anak Kingmi
Inti dari Pawai Damai ini adalah tiga seruan mendesak yang disampaikan melalui orasi di berbagai titik, menyoroti peran orang tua, pendidikan, dan kesehatan.
1. Seruan Kepada Orang Tua: Tinggalkan Kebiasaan Negatif
Ketua PAR Klasis Tigi, dalam orasinya, menyampaikan teguran keras sekaligus motivasi kepada para orang tua. Ia menekankan bahwa anak-anak generasi ini kelak akan menjadi pemimpin.
”Kami sampaikan kepada orang tua, rajin antar anak-anak ke sekolah, antar anak-anak ke Gereja,” tegasnya. “Bapa jangan sibuk terus dengan Togel, Miras, bapa jangan pukul mama, mama jangan sibuk main HP, tetapi fokuslah kepada anak-anak generasi ini karena mereka punya masa depan gilang gemilang.”
2. Tuntutan Mutu Pendidikan dan Perhatian Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Deiyai juga tak luput dari seruan. Anak-anak Kingmi menuntut adanya perhatian serius terhadap fasilitas sekolah agar menjadi tempat belajar yang bermutu. Tujuannya jelas: untuk menjamin kualitas belajar yang baik.
”Kami tidak mau masa depan anak-anak dihancurkan oleh guru yang malas-malasan mengajar,” ujar salah satu perwakilan pengurus, menuntut profesionalitas dari tenaga pendidik.
3. Kesehatan dan Pangan Lokal untuk Kecerdasan
Aspek kesehatan anak menjadi fokus orasi dari salah satu pengasuh, Benyamin Kotouki. Ia menyoroti pentingnya asupan gizi yang sehat bagi tumbuh kembang dan kecerdasan anak.
”Orang tua harus menyiapkan asupan makanan yang sehat, bukan Supermi, bukan ayam es, tetapi makanan asli yang ada seperti ikan, ubi atau petatas, keladi, singkong, babi, supaya kecerdasan anak-anak terbentuk,” kata Benyamin.
Selain itu, Benyamin juga menyampaikan protes kepada para pedagang di Waghete agar tidak lagi menjual barang kios yang sudah kadaluwarsa (kedaluwarsa/expair) dan meminta mereka untuk tidak menaikkan harga barang di luar standar yang ditetapkan pemerintah melalui dinas terkait.
Perlunya Peran Aktif Menghadapi Pengaruh Negatif
Samsul Adii, Pengasuh asal Klasis Yatamo Apogo, menutup rangkaian orasi dengan menyampaikan kekhawatiran bersama akan maraknya pengaruh-pengaruh negatif yang mengancam generasi muda.
”Kami mau sampaikan kepada para pemerintah dan orang tua, perhatikan kami dengan sesungguhnya karena saat ini pengaruh-pengaruh negatif semakin meningkat. Untuk itu, peran pemerintah dan orang tua sangat dibutuhkan,” pintanya, menekankan pentingnya sinergi dalam melindungi anak-anak.
Peringatan Hari Anak Kingmi ke-10 di Deiyai ini menjadi momentum penting bagi Gereja Kingmi untuk menyuarakan tanggung jawab bersama dalam menyiapkan generasi emas Papua yang sehat, cerdas, dan berkarakter.






