Paniai SINAR BEMO — Pemerintah Kabupaten Paniai, melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, sukses menyelenggarakan Festival Budaya dan Ekonomi Kreatif yang berlangsung meriah selama dua hari penuh, dari tanggal 13 hingga 14 Oktober 2025, di sekitar kawasan Danau Paniai. Festival ini menjadi panggung akbar bagi pelestarian adat Suku Mee, Moni, Wolani, dan Auye, sekaligus mendorong kebangkitan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lokal.
Namun, di antara hiruk pikuk pameran kerajinan, seni tari, dan lomba budaya, sebuah momen langka yang penuh makna berhasil terekam kamera: Bupati Paniai, Yampit Nawipa, Amd.Tek, terlihat menaiki perahu kayu tradisional milik nelayan di Danau Paniai, dekat Pelabuhan Aikai.
Aksi spontan pemimpin daerah ini jauh dari kesan seremonial. Dengan langkah sederhana, Bupati Yampit memilih alat transportasi yang sehari-hari digunakan oleh masyarakat lokal, khususnya para nelayan tradisional di salah satu danau terbesar di Papua Tengah tersebut. Ia duduk di perahu sederhana, berbincang akrab dengan nelayan yang mendampinginya, seolah ingin merasakan langsung denyut nadi kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Momen ini kemudian memerintah sebagai simbol yang kuat dari kepemimpinan Bupati Yampit Nawipa. Dalam konteks Festival Budaya dan Ekonomi Kreatif yang fokus pada potensi lokal, tindakan ini menegaskan kembali prinsip efisiensi dan pendekatan keakraban yang diusungnya. Lebih dari sekedar promosi wisata, kehadiran Bupati di atas perahu tradisional adalah pesan nyata kepada para Nelayan asli daerah Paniai—bahwa mereka adalah Mitra Strategis pemerintah yang harus mendapatkan perhatian dan sentuhan langsung dalam kebijakan pembangunan daerah.
”Para nelayan di Danau Paniai bukan hanya mencari nafkah, mereka adalah penjaga ekosistem danau dan bagian integral dari budaya kita,” ujar salah satu tokoh masyarakat yang hadir. “Ketika Bupati memilih naik perahu mereka, itu berarti dia melihat langsung kesulitan dan potensi yang ada. Itu adalah janji bahwa sektor perikanan tradisional dan kesejahteraan nelayan akan menjadi prioritas.”
Festival Budaya dan Ekonomi Kreatif Paniai 2025 sendiri menjadi platform konkret untuk mewujudkan perhatian tersebut. Ratusan peserta dari berbagai distrik menampilkan kekayaan budaya, mulai dari tarian adat, ukiran, hingga produk olahan hasil Danau Paniai. Melalui festival ini, Pemerintah Kabupaten Paniai tidak hanya berupaya melestarikan identitas suku Mee dan kekayaan adat lainnya, tetapi juga membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk-produk ekonomi kreatif masyarakat, termasuk hasil tangkapan nelayan yang diolah menjadi produk unggulan.
Aksi Bupati Yampit Nawipa menaiki perahu kayu di Danau Paniai, di sela-sela perayaan besar ini, menjadi penutup naratif yang indah. Ia membuktikan bahwa kepemimpinan yang efektif tidak selalu harus megah, melainkan mampu turun ke akar rumput, menyentuh hati rakyat, dan memastikan bahwa setiap elemen masyarakat, termasuk nelayan tradisional, merasa diakui dan menjadi bagian penting dari visi Paniai untuk Semua dan Semua untuk Paniai . Kehangatan interaksi di atas air Danau Paniai menjadi penanda komitmen untuk pembangunan yang berbasis kerakyatan, budaya, dan kearifan lokal.