DEIYAI SINAR BEMO – Pemerintah Kabupaten Deiyai melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) menggelar Bimbingan Pelatihan cara mengelola bahan kue bagi para pedagang Orang Asli Papua (OAP) di Kabupaten Deiyai. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Katholik Waghete II pada 7/10/2025 ini bertujuan untuk membekali OAP dengan ilmu pengetahuan praktis guna menggerakkan ekonomi rumah tangga.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deiyai, Burno Mote Adii, S.E., dalam sambutannya menegaskan bahwa kunci utama perubahan dan kemajuan adalah ilmu pengetahuan. Ia menyoroti kondisi di mana banyak potensi usaha OAP terhambat bukan karena ketiadaan sumber daya seperti tanah, kebun, atau rumah, melainkan karena kendala pengetahuan dalam mengelola bisnis.
“Fokus utama adalah pengetahuan. Segala sesuatu bisa diubah karena ilmu pengetahuan,” ujar Burno Mote Adii. “Banyak yang mau bergerak, bersaing dengan pendatang, hanya karena kendala pengetahuan. Tanah sudah ada, kebun sudah ada, rumah sudah ada, di atas itu mau bikin apa? Ini yang sedang kita alami masyarakat Papua pada umumnya, khususnya [di Deiyai].”
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ilmu Sebagai Modal Utama untuk Bertahan
Burno Mote Adii memberikan perbandingan inspiratif. Ia menyebut para pendatang datang tanpa membawa tanah, namun membawa ilmu yang mereka manfaatkan untuk menjalankan usaha dan menghidupi keluarga. Hal ini menjadi cermin bagi masyarakat Deiyai yang hingga kini masih sangat tergantung pada orang lain dalam hal ekonomi.
Ia mencontohkan, ketika akses jalan terputus, kekhawatiran terbesar justru dialami oleh pendatang karena terganggunya rantai pasok. Namun, ia berharap, melalui pelatihan ini, masyarakat OAP dapat menjadi penghasil mandiri sehingga tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pihak luar.
“Pendatang itu tidak bawa tanah… tetapi karena dia bawa ilmu, di atas itu ilmu itu dia manfaatkan untuk menghidupkan keluarga, menjalankan usaha,” katanya. “Semua itu karena pengalaman, pengetahuan belum cukup. Kami mohon, dengan ilmu yang nanti akan dibagikan… bisa menghidupkan ekonomi keluarga kita.”
Harapan Besar untuk Penularan Ilmu dan Pengusaha Milenial
Pelatihan ini adalah langkah awal. Burno Mote Adii berharap ilmu yang didapatkan tidak berhenti pada peserta yang hadir, melainkan menyebar luas dan menjadi program kerja berkelanjutan di organisasi-organisasi tempat peserta berasal, seperti kelompok wanita di gereja dan organisasi lainnya.
“Kami harap jadikan sebuah program… jadi ilmu pengetahuan ini dia menyebar, tidak cukup hanya di mereka yang datang. Kami harap jadikan sebuah program yang dibuat… undang ke bawah lagi,” pintanya.
Ia juga mengungkapkan rencana untuk program berikutnya yang menyasar Pengusaha Milenial, yaitu pemuda-pemuda gereja yang aktif berbisnis. Tujuannya adalah mencetak pengusaha yang sukses dan mampu mengembangkan usahanya dari Usaha Kecil (UK) menjadi Usaha Menengah (UM), dan pada akhirnya menjadi wajib pajak bagi daerah.
Dalam waktu dekat, Dinas Perindag juga akan menyalurkan bantuan alat-alat produksi kue kepada para peserta sebagai pendamping ilmu yang telah mereka dapatkan. Saat ini, tercatat ada 326 proposal usaha kue dan kerajinan yang sedang didaftarkan untuk mendapatkan bantuan tersebut.
“Mudah-mudahan pengetahuan ini… kalau sudah ada pengetahuan, kita juga bisa [maju] supaya bisa menghidupi kelompok-kelompok,” tutupnya penuh harap.