Deiyai [SINAR BEMO] — Departemen Persekutuan Anak dan Remaja (PAR) Gereja Kemah Injil Indonesia (KINGMI) Koordinator Deiyai sukses menyelenggarakan seminar bertema vital: “Menangkan Anak Selamatkan Generasi Tersisa.” Acara yang berfokus pada peran krusial orang tua, gereja, dan pengasuh ini menjadi seruan keras untuk kembali menempatkan pembentukan karakter dan spiritualitas anak sebagai prioritas utama.
Seminar ini menjadi sorotan berkat kehadiran sejumlah tokoh senior KINGMI, termasuk Pdt. Dr. Benny Giyai, Ph.D., mantan Ketua Sinode selama dua periode dan kini menjabat sebagai Penasihat KINGMI. Turut hadir pula Pdt. Yusuf Pekei, mantan Sinode, Ibu Departemen Anak dan Remaja, serta Ketua Koordinator PAR Deiyai. Pertemuan ini menarik partisipasi aktif dari para pengasuh sekolah minggu, orang tua, dan anak-anak sekolah minggu, menunjukkan komitmen bersama terhadap isu ini.
Seruan untuk Mendidik dengan Tanggung Jawab
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kegiatan diawali dengan ibadah singkat yang khidmat. Dalam sesi khotbah, Pdt. Yahya Lagoan, M.Th., menyampaikan pesan yang menggugah hati, secara khusus mengajak para orang tua untuk menjalankan tanggung jawab mendidik anak-anak dengan sebaik-baiknya.
”Ada tanggung jawab kita masing-masing,” ujar Pdt. Yahya Lagoan. “Ini berarti kita harus mengakui bahwa banyak anak yang telah ‘hilang,’ terpisah dari kita—orang tua yang tidak bersama anak. Oleh karena itu, generasi yang tersisa harus diselamatkan.”
Pdt. Yahya Lagoan menggarisbawahi bahwa dalam konteks Alkitab, orang tua memiliki tanggung jawab ganda untuk menyelamatkan anak-anak secara fisik di bumi maupun secara spiritual. Membentuk karakter anak yang Kristiani hanya mungkin dilakukan oleh orang tua yang benar-benar memahami kebenaran firman Tuhan dan rajin bersekutu dengan-Nya.
Karakter Anak Dibentuk di Rumah
Inti dari pesan seminar adalah pentingnya peran orang tua sebagai teladan utama. Pdt. Yahya Lagoan menekankan bahwa orang tua harus rutin menceritakan hal-hal yang baik kepada anak untuk membentuk hidup, sifat, karakter, dan tingkah laku mereka.
”Jika orang tua suka marah, tidak suka berdoa bersama, tidak menceritakan hal yang baik, bahkan suka melakukan hal-hal yang jahat, maka karakter anak tidak akan terbentuk dengan baik. Orang tua adalah faktor paling penting dalam membentuk karakter anak-anak,” tegasnya. Tanggung jawab tertinggi orang tua adalah membawa anak-anak ini kembali kepada Tuhan.
Mengambil pelajaran dari Alkitab, Pdt. Yahya Lagoan mengingatkan kisah ketika murid-murid Yesus berupaya menghalangi anak-anak datang kepada-Nya, namun Yesus berkata: “Jangan halangi anak-anak datang kepada-Ku.”
Dalam konteks kekinian, Pdt. Yahya Lagoan menyebut bahwa “murid” Yesus saat ini adalah Guru Pengasuh, Pendeta, dan Gembala. Ia kemudian menantang para pemimpin gereja: “Pendeta dan Gembala harus menjadi guru bagi anak-anak. Tidak hanya Guru Sekolah Minggu yang harus belajar 4 atau 5 tahun, tetapi yang harus terus belajar dan menjadi teladan adalah Pendeta dan Gembala.”
Acara ini menegaskan kembali komitmen KINGMI Koordinator Deiyai untuk memperkuat pelayanan anak dan remaja, menyadari bahwa investasi terbaik gereja dan keluarga adalah pada generasi muda. Kehadiran Penasihat KINGMI Pdt. Dr. Benny Giyai, Ph.D., Departemen PAR, serta sejumlah Pendeta dan Gembala lainnya, menunjukkan tingginya tingkat keseriusan gereja dalam merespons tantangan moral dan spiritual yang dihadapi anak-anak di era modern.